Selain Wisata Alam di Pulau Lombok Ada Pula Kerajinan Contohnya Dungki
Berdasarkan
observasi yang telah kami lakukan pada hari Ahad, tanggal 10 Agustus 2014 di
Desa Loyok Kecamatan Sikur, yakni tepatnya di toko Dedy Art Shop dengan
narasumber Ibu Joko. Berdasarkan observasi tersebut kami mendapatkan banyak
informasi tentang berbagai macam jenis kerajinan tangan dari bahan lunak di
Desa Loyok, salah satunya itu Dungki.
Dungki merupakan salah satu jenis
kerajinan tangan dari bahan lunak yang di produksi oleh masyarakat di Desa
Loyok dalam rangka memenuhi kehidupan ekonomi mereka. Anyaman Dungki ini sudah
mampu dijual sampai ke luar kota seperti Bali, bahkan hingga ke luar negeri
seperti Swedia.
Bahan dasar pembuatan Dungki ini
ialah Bambu Tali, Bambu Tali yang digunakan adalah Bambu Tali yang sudah agak
tua ( antara tua dan muda). Untuk mendapatkan Bambu Tali tersebut mereka
memperolehnya dengan cara membeli. Motif hias dari Dungki ini sendiri ada
beberapa macam. Salah satunya yaitu motif Senggigi dan Mata Balang-Balang.
Untuk pembuatan motifnya sendiri dilakukan dengan cara di cat. Fungsi dari
Dungki ini sebagai benda pakai, yakni sebagi tempat menaruh buah.
Tekhnik pembuatan Dungki ini dengan
cara Menganyam, yakni dengan cara :
1)
Memotong Bambu
Tali dengan panjang 40-50 cm dan lebar 1 cm atau kurang
2)
Belah Bambu Tali
menjadi beberapa bagian hingga menjadi tipis dan kemudian di raut hingga halus
3)
Cat beberapa
belahan Bambu Tali yang sudah di raut tadi, sesuai dengan warna yang diinginkan
4)
Siapkan 40
belahan Bambu Tali yang sudah di cat dan yang belum di cat
5)
Terakhir,
anyamlah belahan Bambu tersebut dengan menyisipkan satu persatu belahan Bambu
ke dalam belahan Bambu yang lain.
Dalam sehari Ibu Joko dapat menghasilkan 8-10 Dungki
per-hari. Harga satu Dungki ukuran sedang yaitu Rp 3000 ada juga yang Rp 2000.
Kesimpulan : Di
tanah kelahiran kita penuh dengan nilai budaya tradisionalnya. Banyak di Desa-desa
pelosok sana masih perduli dengan budaya daerah kita dibanding dengan masyarakat
kota yang sudah dipengaruhi oleh budaya modernisasi. Hendaknya kita
berterimakasih kepada mereka yang masih mau untuk melestarikan budaya daerah kita sendiri
meskipun sudah tua, tetapi semangat untuk melestarikan budaya daerahnya tidak
pudar begitu saja. Oleh karena itu sebagai generasi muda kita harus mampu untuk
membawa dan melestarikan budaya daerah kita hingga dikenal oleh bangsa-bangsa
asing.
Ungkapan Perasaan : Melihat
secara langsung proses pembuatan Dungki tersebut membuat kami senang, karena
sekarang kami tahu bagaimana proses pembuatannya. Dan didukung pula dengan
narasumber yang baik dan bersedia untuk member kami info tentang Dungki
tersebut.
Sumber : Irma Shaufi Haz ; Yano Mamang